Minggu, 11 Desember 2011

Love Like This [Prolog]


Title : Love Like This [Prolog]
Author : Kang Hye Ra
Lenght : Chapter / Part
Rating : T [PG-13]
Cast :
            >Im Yoona (child)
            >Kim Hyun Joong (child)
            >Mrs. Im
            >Mrs. Kim
Genre : Family, Romance, Friendship
Annyeong annyeong *lambai2 bareng siwon* author Kang Hye Ra datang dengan FF baru *gak baru sih, cuma baru dipost di sini*. FF ini agak terinspirasi dari komik manga yg judulnya I Love You, tp tetep semua alur murni karangan author.
Disclaimer: Hak Cipta milik author dan dilindungi Undang-Undang *plak!! apa’an sih??* Dilarang plagiat dan copas sembarangan! Gak suka? gak usah baca. Habis baca jangan lupa RCL yaa... Jangan jd silent reader. Ya udah, langung aja selamat membaca~~~

            _Mrs. Im POV_
            Betapa senangnya, ia kulahirkan ke dunia ini dengan selamat. Cita-citaku sejak dulu yang kudamba-dambakan, kini terwujud sudah. Sembilan bulan lamanya ku menempuh banyak cobaan, halangan dan rintangan, tetapi ku tetap dapat berdiri dan menghadapi semuanya. Kini, sungguh melegakan, mendengar tangisannya, air mataku pun sampai menetes. Kebahagiaan ini pastilah lebih sempurnya jika dia ada di sampingku saat ini. Suamiku yang kucintai, mengapa engkau harus pergi secepat itu ? Tidakkah ingin kau melihat anak kita ? Memandang senyum yang terpancar dibalik wajah cerianya ? Mendengar tangisannya untuk yang pertama kali, bersamaku?? Ah, sudahlah! Jangan kau ingat lagi dia, dia sudah tenang di alamnya sana. Lagian di sini masih ada orang yang begitu menyayangiku, ialah sahabatku, Mrs. Kim.
            Biarkan, untuk beberapa detik, aku ingin merasakan betapa indahnya dunia ini. Biarkan ku bersyukur untuk yang kesekian kalinya pada-Mu, hingga kini Kau masih memberiku kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan. Kini pun Engkau telah kabulkan doaku, agar melahirkan anugerahMu ke dunia ini dalam keadaan selamat.
            Hampir saja aku tertidur, kalau saja tidak ada orang yang menyentuh lenganku.
            “Mrs. Im, selamat! Anakmu lahir dengan selamat.” Kata seorang yeoja disebelahku, dialah Mrs. Kim.
            “Ah, mwo? Oiya, aku bener2 bersyukur.” Jawabku lirih, badanku sungguh terkulai lemah, sesekali kuhela nafas panjang.
            “Mrs. Im, anak anda yeoja. Dia benar2 cantik.” Kata seorang perawat yang menggendong bayiku, dapat kulihat kini ia masih menangis dalam gendongan wanita itu. kemudian ia membawa bayiku keluar, mungkin untuk mendapat perawatan lebih lanjut *apalah, author gk ngerti urusan dokter2an*.
            “Kau masih lemas? Kau memang butuh banyak istirahat. Ya sudah, aku keluar dulu deh, biar kamu bisa istirahat.” Kata Mrs. Kim, ia benar2 mengerti keadaanku. Namun, entah mengapa rasanya diriku tak sanggup untuk ditinggal sendiri. Kuingin ia tetap menemaniku, menguatkanku, bukannya meninggalkanku dan menyuruhku untuk istirahat seorang diri. Aku takkan mampu beristirahat tanpa adanya seseorang di sampingku.
            “Tunggu… kau tidak usah keluar. Aku ingin di sini bersamamu.” Ucapku lirih, sambil memegang lengannya. Seketika ia berhenti melangkah dan kembali menatapku.
            “Waeyo?”
            “Aku ingin kamu menemaniku saja di sini, apa kau tega meninggalkanku sendirian?”
            “Ah, itu hanya traumamu karena ditinggal suamimu. Tapi tenang saja, aku takkan meninggalkanmu, asal kau berjanji kau juga takkan meninggalkanku.” Ia berkata sembari memegang tanganku, sesaat aku merasakan kehangatan.
            “Aniyo, aku takkan meninggalkanmu. Namun, jika aku tak dapat menepati janjiku, aku ingin menitipkan anakku padamu. Rawat dia.”
            “Aish, kau jangan berkata seperti itu. Aku pun juga akan menganggapnya seperti anakku sendiri. Jangan kau berpikir macam2.” Katanya menepis omonganku.
            “Gomawo.”
            “Cheonmaneyo, chingu. Kita kan bersahabat.” ucapnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku.
~*~*~*~

            5 tahun kemudian.
            Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini anakku telah berumur 5 tahun. Aku pun juga telah melanjutkan perjuangan suamiku, yaitu memegang perusahaannya dan kini telah berhasil kukendalikan dengan baik. Aku kembali sukses, setelah lama terbengkalai karena kondisiku dan ketika aku ditinggal suamiku.
            Jam 7 tepat, waktunya aku berangkat ke kantor. Kulirik sebentar anakku yang sedang bermain dengan pengasuhnya, penuh canda tawa. Ia begitu cantik jika tertawa seperti itu, bisa kubayangkan jika ia pasti akan menjadi perempuan yang anggun dan manis nantinya. Ah, aku ingin hari itu cepat datang.
Aku berjalan menuju tempatnya bermain. Aku kecup keningnya, kemudian aku langsung pergi. Namun seketika ada yang memegang tanganku, dan ternyata ia Im Yoona, anakku itu. Ia sepertinya mengerti bahwa aku akan pergi kerja dan meninggalkannya untuk beberapa waktu, namun saat kulihat sorot matanya, entah mengapa aku tak ingin pergi darinya. Namun segera kutepis perasaan itu, aku sadar aku juga harus kerja untuk menghidupinya. Dengan lembut, aku singkirkan tangannya dari tanganku, kusunggingkan senyum dan segera pergi.
            Di jalan, wajah Yoona masih saja menari2 di pikiranku, seakan tak mau pergi. Sepertinya tindakanku untuk meninggalkannya kali ini sungguh tindakan yang salah, entah kenapa. Tapi pekerjaan menumpuk sudah menungguku di kantor. Ah, aku mulai pusing sendiri memikirkan ini. Tiba2 konsentrasiku mulai berkurang, kemudian ada sesuatu yang datang dari arah berlawanan dan tepat berada di depan mobil yang kukendarai. Aku tak dapat menghindarinya, tiba2 seketika terdengar bunyi yang begitu keras dari mobilku sendiri.
            Brakk !! Aku sadar bahwa mobilku barusan telah menabrak truk itu, aku bersyukur masih diberikan nafas hingga saat ini. Kudengar beberapa langkah kaki mendekatiku, berteriak2 minta tolong dan entah apa lagi. Lama2 kepalaku mulai terasa sakit dan tiba2 semuanya berubah menjadi gelap…
 ~*~*~*~

            _Mrs. Kim POV_
            Kriiiing!! Kriiiing!!
            Suara telpon mengagetkanku yang sedang menjahit sebuah baju untuk anakku. Karena jarakku yang terlalu jauh dengan letak telepon itu, maka kusuruh saja anakku yang mengangkatnya, kebetulan hari ini dia libur.
            “Hyun! Kau angkat tuh telepon!” teriakku memanggilnya.
            “Ne, eomma!” dapat kudengar samar2 ia menyahutiku. Beberapa detik kemudian, ia menghampiriku.
            “Eomma, ada telpon untukmu.” Katanya membuatku menghentikan kegiatanku. Aku bangkit dari tempat dudukku dan segera menjawab telepon itu.
            “Yoboseyo.” Sapaku.
            “Yoboseyo. Apakah benar ini Mrs. Kim?” suara seorang yeoja menyambutku dengan ramah. Namun dapat kudengar dari cara ia bicara, sepertinya ia sedang terburu2.
            “Ne, ini siapa, ada perlu apa?” aku penasaran sekali dengan apa yang akan dikatakan oleh yeoja ini. Entah mengapa tiba2 jatungku berdegup kencang, keringat dingin pun juga ikut keluar dari tubuhku.
            “Ehm… anu… barusan saya mendapat telepon, kalau Mrs. Im masuk rumah sakit. Ia telah mengalami kecelakaan. Oh iya, saya lupa bilang, saya ini babysitter yang bekerja di rumahnya.”
            “Mwo???? Apa kau bilang???? Tapi apa ia baik2 saja?” teriakku seketika membuat Hyun Joong yang sedang bermain bersama temannya kaget karena mendengar ucapanku.
            “Saya tidak tahu. Saya juga mau ke sana, ke Seoul International Hospital. Ya sudah ya, saya tutup dulu, saya buru2. Yoboseyo.”
            “Eh… tu…tunggu dulu! Gamsahamnida. Yoboseyo.” Jawabku sambil menutup telpon itu. Pantas perasaanku sudah tidak enak sejak mengangkat telepon tadi, oh my dear, kenapa nasibmu harus seperti ini?
            Tanpa basa-basi lagi, secepat kilat aku mengambil tas dan kunci mobil, berlari keluar, mengambil mobil dan segera berangkat menuju rumah sakit itu. Tak kuhiraukan pertanyaan Hyun Joong yang ia tujukan untukku, aku hanya menjawabnya singkat,“Eomma akan kembali.”
  ~*~*~*~

            Aku telah sampai di depan UGD tempat Mrs. Im dirawat. Dengan hati2, aku membuka pintu dan berjalan masuk. Dapat kulihat kini ia sedang terkulai lemas dengan beberapa perban yang membalut tubuhnya. Matanya masih tertutup, ia belum sadar. Aku segera duduk di kursi tepat di sebelah ranjangnya, duduk, menunggu sambil berdoa. Tiba2 saja pintu ruang itu terbuka, aku menoleh sejenak untuk melihat siapa yang datang.
            “Ah, kau yang tadi menelpon aku kan?” kataku yang langsung mengenali yeoja itu, So Eun namanya, seseorang yang telah bekerja sekitar 5 tahun pada Mrs. Im. Ia datang dengan seorang yeoja kecil imut, dan itu pasti anak perempuan Mrs. Im.
            “Oh, ne. Bagaimana keadaannya?” sesaat ia membiarkan Yoona menghampiri eommanya, duduk di kursi sebelahnya.
            “Ia belum sadar, aku juga belum bertemu dengan dokternya.” Jawabku singkat. Seketika aku melihat kelopak mata Mrs. Im bergerak2, dan aku sungguh berharap kali ini ia dapat membuka matanya. Dan benar saja, ia perlahan membuka matanya.
            “Mrs. Im!” teriakku bersamaan dengan So Eun.
            “Eomma!” Yoona juga tampak senang melihat eommanya sadar.
            “Yoona…Yoona…” ucap Mrs. Im lirih, mencari anak kesayangannya. Aku pun tersenyum melihat dia juga sudah bisa bicara sekarang.
            “Eomma…” jawab Yoona sambil bergerak mendekatinya, begitupun aku.
            “Mrs. Im, kau baik2 saja?”
            “Selama…Yoona baik2 saja… aku juga baik2 saja.” Jawabannya membuatku terharu, tak terasa air mataku mulai menetes.
            “A…aku… punya… satu permintaan… untukmu.” Ucapnya lagi.
            “Mwo? Apa itu?” tanyaku penasaran.
            “Jika… aku… tak dapat memenuhi janjiku… aku ingin menitipkan Yoona… padamu… Aku mohon…rawat dia seperti…kau merawat anakmu sendiri.” Air mataku terus menetes, apalagi mendengar ia berbicara seperti itu. Entah mengapa, hatiku sangat sedih mendengarnya.
            “Kamu nggak boleh bicara seperti itu, kamu pasti sembuh! Kamu pasti kuat!” ucapku di sela2 isakku.
            “Tapi…aku nggak kuat…” ucapnya seperti merasa kesakitan. Aku sendiri pun ngilu mendengarnya.
            “Kamu harus kuat!” kataku memaksa.
            “Aku…titip…Yoona ya… Yoona, eomma…sayang…kamu. Saranghaeyo…” ucapnya sebelum akhirnya ia menutup matanya, aku berharap tidak untuk selamanya. Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya, meneriakkan namanya, namun tak ada jawaban. Tangisan Yoona pun juga tak dapat membangunkannya. Sesaat, aku ingin semua ini hanya mimpi, aku menutup mataku untuk sementara. Namun, saat ku membukanya kembali, tetap yang ada di hadapanku saat ini adalah orang yang aku cintai telah tak berdaya. Memang ini sudah takdir, aku harus merelakannya. Aku mengecup keningnya, untuk yang terakhir kali.
            “Aku pasti akan memenuhi permintaanmu, my dear.” Kataku sepenuh hati.
_END OF POV_

TBC

Sedikit ya, tapi nanti critanya tak bikin banyak deh per partnya.
 Gimana? bagus gak? prolognya agak aneh ya, hehe. habis, yang ada di pikiran author ya itu.
RCL ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar