Senin, 12 Desember 2011

Love Like This [Part 2]

 
Title : Love Like This [Part 1]
Author : Kang Hye Ra
Length : Chapter / Part
Rating : T [PG-13]
Cast :
            >Im Yoona
            >Kim Hyun Joong
            >Sunny Lee
            >Lee Sungmin  
            >Kwon Yuri
            >Choi Minho
Other Cast : >Jessica Jung
                     >Kim Taeyeon
And other
Genre : Family, romance, friendship
Annyeong annyeong *lambai2 bareng siwon* author Kang Hye Ra balik dengan  lanjutan FF. FF ini agak terinspirasi dari komik manga yg judulnya I Love You, tp tetep semua alur murni karangan author.
Oiya, ini part sebelumnya Prolog Part 1 
Disclaimer: Hak Cipta milik author dan dilindungi Undang-Undang *plak!! apa’an sih??* Dilarang plagiat dan copas sembarangan! Gak suka? gak usah baca. Habis baca jangan lupa RCL yaa... Jangan jd silent reader. Ya udah, langung aja selamat membaca~~~
            “Pulang sekolah aku jelasin. Tapi kalian janji, jangan beritau ini pada siapa2. Cuma kalian temenku yang tau hal ini.”
            “Ne. Kami janji.”
  ~*~*~*~
            Yoona menarik tangan Sunny dan Sungmin menuju luar sekolah. Ia akan menepati janjinya tadi, ia akan menceritakan tentangnya semua, tetapi tidak di tempat itu. Ia mengajak mereka berdua ke sebuah tempat favoritnya agar bisa leluasa mengobrol.
            Beberapa menit berlalu, hingga mereka telah berada di depan café tempat anak muda nongkrong. Yoona mengamati sekeliling sejenak, kamudian ia mengajak kedua sahabatnya masuk dan segera mengambil tempat duduk. Saat ia duduk dan setelah memesan sesuatu, tiba2 bola matanya menangkap sepasang kekasih sedang berpegangan tangan. Awalnya ia hanya terpesona terhadap sang namja itu, namun setelah ia perhatikan yeojanya, ia begitu kaget.
            “Omo!” pekik Yoona saat melihat yeoja itu yang sedang berpegangan tangan dengan seorang namja manis.
            “Waeyo?” Sunny dan Sungmin bertanya secara bersamaan.
            “Itu…” ia menunjuk ke arah namja dan yeoja itu tadi. Dua sahabatnya menoleh, namun masih belum mengerti maksud Yoona. Maklum, ia belum cerita apa2.
            Yoona memandang satu per satu sahabatnya, mengapa mereka semua diem aja? pikirnya. Namun beberapa saat kemudian ia ingat, mereka tidak tau yang sebenarnya. Dasar babo! Batinnya lagi. Tanpa basa-basi, ia langsung menceritakan semua yang terjadi dalam keluarganya.
            “Nah, sekarang liat dua makhluk yang aku tunjuk itu, yang yeoja adalah tunangan dari Hyun oppa.” Bisik Yoona pelan2, takut dua manusia itu dengar.
            “Mwo?? Trus, sapa itu namja? Wah jangan2 selingkuh lagi.” kata Sunny asal.
            “Iya, abis mereka mesra gitu, pake pegangan tangan lagi.” Sungmin ikutan ngegosip.
            “Aha! Foto mereka, foto cepat!” kata Sunny sambil menyenggol-nyenggol Yoona, berharap ia akan menuruti perkataannya.
            “Ha, buat apa?” tanya Yoona heran.
            “Ya buat bukti.” Jawab Sunny antusias.
            “Bener kata Sunny. Udah cepetan foto mereka!”
            “Iya iya deh.” Kemudian Yoona mengambil handphone berkameranya.
            Jepret!! Dapet deh.
            “Udah yuk, kita pulang. takut ketahuan.” Ajak Yoona sambil menarik lengan keduanya. Yang lain pun mengangguk setuju dan mengikuti Yoona keluar dari café itu.
~*~*~*~
            “Aku pulaaang…!” teriak Yoona saat sudah sampai rumah. Ia melepas sepatu, dan bergegas naik ke atas menuju kamarnya. Tetapi seseorang menyahut, membuat langkahnya terhenti.
            “Dari mana aja kau jam segini baru pulang?” tanya Hyun Joong yang sedang membaca majalah di ruang tamu. Yoona pun tak jadi naik ke atas, ia justru mendekati Hyun Joong dan duduk di sebelahnya.
            “Oppa.” Panggil Yoona, berharap ia mau meletakkan majalahnya sebentar.
            “Hem.” Jawab Hyun singkat, sambil terus membaca.
            “Oppa! Aku mau ngomong!” kata Yoona lebih tegas dengan setengah membentak. Spontan, Hyun Joong langsung meletakkan majalahnya dan beralih ke Yoona.
            “Apa?” kata Hyun sambil menatap mata Yoona. Tiba2 aja jantung Yoona berdegup kencang, ia nervous.
            “Ehm… itu… tadi…” perkataannya terputus-putus, mungkin karena dia grogi sekaligus takut untuk mengatakan ini.
            “Apa? Yang jelas dong ngomongnya.”
            “Tadi… aku liat Yuri unnie sedang bersama namja lain. Mereka berpegangan tangan.”
            “Mwo??? Kau bohong!” bentak Hyun Joong tak percaya.
            “Aniyo! Aku serius! Aku punya buktinya.”
            “Enggak, oppa gak percaya! Dia itu cinta sama oppa, gak mungkin dia khianatin oppa!” kata Hyun Joong bersikeras.
            “Tapi kenyataannya enggak, oppa!”
            “Oppa cinta dia, oppa percaya sama dia. Dia gak mungkin ngelakuin itu.”
            “Tapi aku punya buktinya! Nih.” Kata Yoona sambil menyerahkan sebuah foto Yuri dengan namja lain.
            “Kamu pasti salah orang. Tuh, yang yeoja aja gak jelas wajahnya.”
            “Oppa, mana mungkin aku salah orang! Aku sudah perhatikan baik2!”
            “Aku tau kamu gak suka sama Yuri, tapi tolong jangan bikin hubungan oppa sama Yuri jadi rusak!”
            “Aku ngelakuin ini juga karena oppa! Aku gak mau oppa dikhianatin sama Yuri unnie.” Kesabaranku pun mulai habis, gimana caranya membuat seorang namja di depanku ini percaya padaku?
            “STOP! Oppa gak mau denger apa2 lagi!” kata Hyun Joong seraya pergi meninggalkan Yoona sendirian. Tak terasa, air matanya mulai menetes. Ia menangis. Kali ini, siapa yang bisa membantuku? Rintih Yoona dalam hati. Tapi ia mencoba tetap sabar dan tegar, suatu hari nanti kebohongan pasti akan terungkap. Ia kemudian menghapus air matanya, mencoba menenangkan diri.
~*~*~*~
            _Sunny POV_
            Aku memasuki kelasku yang masih sepi. Yah, selalu saja begini tiap hari. Aku memang terlalu rajin, soalnya aku udah trauma dateng telat. Dulu aja sempet dimarahi habis-habisan gara-gara ortuku dipanggil ke sekolah karena aku keseringan telat. Tapi untuk kali ini tidak. Andwae!
            Aku melangkah menuju tempat dudukku. Seorang namja sudah ada yang datang terlebih dahulu dan duduk di tempatnya. Hmm… pasti dia. Memang benar-benar namja pujaan hati. Aku tersenyum melihat namja itu dari belakang, senyuman khas ku yang hanya kuberikan untuk namja yang berhasil membuatku tergila-gila padanya. Dan namja itu dia. Hanya dia. Andai dia tahu aku menyimpan perasaan ini padanya. Ah, aku sendiri juga bingung kenapa aku bisa menyukai namja itu. Padahal awalnya juga biasa-biasa aja.
            Aku meletakkan tasku di meja tempatku duduk. Di belakangku, kulihat Sungmin sedang menulis sesuatu. Apa itu? Dia terlihat sangat serius. Kulihat buku yang ia tulis, sesaat kemudian aku teringat sesuatu.
            “Aigoo!” aku menepuk jidatku. Sungmin yang serius menulis langsung terperanjat mendengar suaraku yang begitu nyaring di telinganya.
            “Sunny~ah! Kau mengagetkanku. Kau kenapa sih?” tanya Sungmin mengangkat kepalanya sejenak untuk melihatku.
            “Sungmin~ah, hari ini ada pr bahasa Inggris ya?” tanyaku serius pada Sungmin. Aku baru ingat sekarang setelah melihat buku pekerjaannya Sungmin. Aissh~ kenapa aku babo banget sih bisa lupa?
            “Ne. Wae?” tanya Sungmin mulai curiga. Ah, terpaksa deh aku harus copy-paste pekerjaan orang lain.
            “Aku… lupa. Hehe.. ” kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku yag tidak gatal. Sungmin tersenyum simpul mendengar perkataanku. Senyuman meledek.
            “Dasar babo! Kenapa kau bisa lupa? Kau tahu kan itu jam pertama dan gurunya killer?” kata Sungmin sedikit menggertakku. Aku cemberut dibuatnya.
            “Ne, arasseo! Makanya, aku liat punyamu ya? Jebal.” Kataku memohon sambil menunjukkan ekspresi aegyo ku. Dengan ini dia pasti luluh.
            “Hhh… yaudah deh. Nih. Tapi berhentilah ber-aegyo di depanku.” Katanya seraya memberikan bukunya padaku. Aku hanya tersenyum padanya.
            “Ne, gomawo.”
            “Cheonmaneyo.” Jawabnya sambil balas tersenyum padaku. Ahh~ kau senyumanmu itu lho, bener-bener menghipnotisku. Aku benar-benar tidak bisa menahan perasaan ini padamu. Sekalipun aku mencoba untuk bersikap biasa, namun selalu saja perasaan ini tidak bisa dibohongi. Aku gak bisa begini terus, aku gak bisa kalau hanya melihatnya seperti ini tanpa dia tau perasaanku sebenarnya.
            “Sa…” tiba-tiba bibirku mulai mengeluarkan suara yang begitu pelan, perkataan yang tak bisa kucegah. Namun, seorang yeoja membuatku berhenti mengatakannya.
            “Huh! Sebel!” raung Yoona sesampainya di kelas. Ia menghempaskan tubuhnya pada kursi di sebelah Sunny.
            “Ada apa, Yoona~ah?” tanyaku dan Sungmin secara bersamaan. Muka Yoona begitu suntuk, dan aku bisa sedikit menebak apa penyebabnya.
            “Soal yang kemaren…” tuhkan bener. Apalagi yang bisa membuat Yoona seperti ini kalau bukan karena Hyun Joong oppa.
            “Wae?” tanyaku antusias.
            “Apa dia percaya dengan omonganmu?” Sungmin ikut-ikutan penasaran. Yoona pun membalikkan tubuhnya ke samping, agar bisa dengan mudah ngobrol denganku dan Sungmin.
            “Dia… dia sama sekali nggak percaya sama aku! Malah dia menuduh aku yang enggak-enggak! Huh. Sapa coba yang gak sebel digituin!” kata Yoona sambil memanas-manas. Spontan aku langsung menghentikan kegiatanku menyalin pr.
            “Sialan! Bukannya terima kasih, malah nuduh!” omel Sungmin.
            “Tenang aja honey, aku bisa atur semua.” Kataku yang tiba-tiba mendapatkan ide.
            “Eotteokhae?” tanya mereka berdua padaku. Aku hanya mengerling ke arah mereka.
~*~*~*~
            _Yuri POV_
            Aku menatap foto yang kini kupegang di tanganku. Dia, namja pujaan hatiku. Tidak salah memang aku memilihnya. Aku tersenyum bahagia. Tapi, lantas, bagaimana nasib tunanganku yang satu itu? Aku mengeluarkan satu foto lagi, yang tak lain adalah foto Hyun Joong. Ah, dia juga namja yang aku cintai. Bagaimana ini? Dua namja sekarang ada di hatiku, aku tak bisa melepaskan salah satu diantara mereka.
            “Ah, kalian tampan sekali. Kalian begitu sempurna, jadi jangan salahkan aku jika aku masih belum bisa melepaskan kalian.” Aku berbicara sendiri pada kedua foto namja yang aku pegang, sesaat kemudian aku tersenyum. Senyum bahagia, namun juga bisa dibilang senyum palsu. Karena hatiku saat ini benar-benar dihadapkan dengan situasi sulit dan serba salah. Apakah aku salah melakukan ini? Ya, aku mengakuinya. Memainkan dua namja sekaligus, itu benar-benar licik. Ah, lantas apa yang harus aku lakukan? Biarlah untuk saat ini aku menjalani kehidupan yang sekarang ini tanpa harus memikirkan bagaimana selanjutnya, biar takdir yang membawaku.
            “Ya! Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya dua orang yeoja yang begitu mengagetkanku. Aku mengalihkan pandanganku sebentar pada mereka.
            “Duduk.” Kataku mempersilahkan mereka duduk di kursi kosong depanku. Setelah itu, aku masih tetap asik dengan foto yang aku pegang tadi. Kedua namja pujaanku.
            “Kamu memikirkan itu lagi?” tanya Taeyeon padaku, dia seakan bisa membaca pikiranku. Aku hanya mendengus pelan untuk memberikan jawaban ya.
            “Huh, aku tak tahu jalan pikiranmu. Lepaskan salah satu diantara mereka, sebelum akhirnya kau menyesal.” Kata Jessica, sahabatku yang satu lagi, mulai nyeletuk memberiku nasehat. Ya, memang itu yang harus aku lakukan. Tapi aku masih belum siap.
            “Ya! Kenapa diam?” tanya Jessica lagi yang melihatku sedari tadi hanya memandangi foto di tanganku. Aku menoleh ke arahnya.
            “Aku gak tahu harus gimana. Aku belum siap kehilangan salah satu diantara mereka.” Ucapku begitu pelan tanpa ada ekspresi apapun. Aku masih ingin menikmati masa-masa bersama mereka, walaupun pada akhirnya aku harus menentukan.
            “Aku sudah berpacaran dengan Minho selama 2 tahun, sedangkan sudah bertunangan baru 1 tahun. Namun aku begitu mencintai Hyun Joong, begitu juga dengan Minho. Jika aku memutuskan pertunanganku dengan Hyun Joong, itu akan berdampak buruk bagi perusahaan appa. Namun jika sebaliknya, aku memutuskan hubunganku dengan Minho, aku justru akan lebih merasakan sakit hati yang mendalam, karena untuk mempertahankan hubunganku selama 2 tahun itu tidak mudah. Apalagi kalian tau kan, perjuanganku untuk mendapatkan Minho dulu? Berbagai cara aku lakukan agar dia bisa dekat denganku dan agar dia menyukaiku. Bertahun-tahun aku melakukannya, sampai akhirnya aku berhasil. Tanpa aku suruh, dia sudah menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Itu benar-benar hal yang paling menyenangkan bagiku. Terus, apa aku harus melepaskannya begitu saja? Ha?” jelasku panjang lebar, cukup membuat mereka duduk terpatung. Aku satu sekolah dengan Minho serta kedua sahabatku itu sejak SMA. Mereka tentu sangat mengerti perasaanku saat ini, karena mereka yang selalu menemaniku disaat susahnya mendapatkan Minho. Mereka juga yang selalu mengerti aku, disaat bagaimana perjuanganku untuk mencintai Hyun Joong seperti aku mencintai Minho.
            “Terus, kenapa dulu kamu mau dijodohkan dengan Hyun oppa? Bukannya kamu sudah punya Minho?” tanya Jessica bingung.
            “Aku yakin kau sudah mengetahui jawabannya. Beribu kali aku mengatakannya padamu.” Jawabku enteng, Jessica hanya manggut-manggut mengerti.
            “Kamu tidak boleh menolak perjodohan itu kan? Kamu disuruh memutuskan hubunganmu dengan Minho, tapi kamu tidak melakukannya karena tidak tega. Iya kan? Karena waktu itu dia sedang sakit parah, kamu khawatir akan berpengaruh pada keadaannya. Namun, sampai dia sembuh, bahkan sampai sekarang pun kamu masih belum melakukannya…” kata Taeyeon memperjelas alasanku. Aku hanya mengangguk setuju.
            “Karena kamu begitu mencintainya.” Kata Jessica melanjutkan omongan Taeyeon. Aku tersenyum menatap mereka.
            “Itu berarti kalian mengerti perasaanku kan? Tolong jangan paksa aku lagi. Jebal.” Kataku memohon pada mereka. Aku pun memasukkan kedua foto namja tadi ke dalam tasku, dan mengambil ponselku. Aku menelpon seseorang dan akan menemuinya, karena aku butuh hiburan sekarang. Aku lagi suntuk.
            “Yoboseyo.” Jawab seorang namja di seberang sana.
            “Yoboseyo. Chagiya, aku ingin ketemu kamu hari ini. Bisa kan?” tanyaku to the point.
            “Bisa kok chagi. Sekarang?” tanya Minho lagi.
            “Iya. Aku tunggu di Teens Cafe ya.”
            “Oke. Yoboseyo.” Katanya mengakhiri pembicaraan.
            “Yoboseyo.” Aku menutup ponselku dan mengembalikannya ke dalam tas.
~*~*~*~
            _Author POV_
            “Aiissh, sial sial sial! Dasar kurang ajar!” umpat Sungmin yang kini sedang duduk bersama Yoona dan Sunny di kantin kampus Shinhwa University. Mereka berada lumayan jauh di belakang Yuri, Taeyeon dan Jessica yang sedang mengobrol. Namun, obrolan mereka dapat dengan jelas mereka dengar, karena di kantin itu kebetulan hanya ada mereka berenam. Dengan tetap duduk membelakangi Yuri dan kawan-kawan, Yoona menghela nafas panjang dan mulai angkat bicara.
            “Hhh… Kasihan sekali kau Hyun Joong oppa, dikhianati yeoja yang kau cintai. Andai oppa tau…” Yoona tertunduk, pikirannya sedang kacau.
            “Udah ya, yoongie~ah. Gak usah terlalu dipikirin. Kita akan selalu membantumu! Janji!” kata Sunny dengan suara lantangnya, namun buru-buru Sungmin membungkam mulutnya.
            “Ya! Sunny~ah! Ngomongnya pelan-pelan dong!” kata Sungmin sesaat setelah melepaskan tangannya dari mulut Sunny.
            “Mianhae.” Kata Sunny dengan nada aegyo-nya.
            “Aku akan sms oppa, aku ingin dia datang di Teens Café sekarang juga, biar dia bisa lihat sendiri apa yang sebenarnya yeojachingu-nya lakukan di belakangnya.” Tegas Yoona yang sudah menyiapkan ponsel di tangannya yang ia gunakan untuk menghubungi Hyun Joong. Tak lama, message sent!
~*~*~*~
            Minho duduk di samping Yuri yang sedari tadi hanya melamun. Minuman di depannya pun belum ia sentuh sama sekali, ia hanya memainkan sedotan yang ada di gelasnya. Minho menatap Yuri heran sekaligus bingung dan penuh tanya. Ada apa sebenarnya dengan Yuri? Semenjak bertemu dengan Minho, ia hanya sekali menyapa, setelah itu ia tak berbicara sepatah kata pun. Minho ingin sekali bertanya pada Yuri, namun yang ditanya masih tetap membisu. Mulutnya terkatup rapat. Pikirannya kalut. Ia memang ingin bertemu Minho, namun bukan untuk curhat, melainkan hanya untuk menemaninya saja dan ia mencoba menghibur dirinya sendiri, mungkin dengan kehadiran Minho itu dapat membuatnya sedikit lebih tenang. Namun ternyata tidak. Ia sama sekali tak merasa tenang, justru semakin ia bertemu Minho, semakin ia takut kehilangan Minho. Aaahh! Teriak Yuri dalam hati.
            “Chagi~ah. Waeyo?” Untuk yang kesekian kalinya Minho bertanya, dan reaksinya  tetap. Yuri tetap melamun.
            “Ya! Kwon Yuri! Kau kenapa?” kali ini ia sedikit berteriak, agar Yuri sadar dan dapat mendengarnya bertanya. Dan benar saja, Yuri terperajat mendengar namanya disebut begitu keras.
            “Ya, siapa yg memanggil namaku?” Yuri tolah-toleh layaknya orang linglung, mencari sumber suara. Minho menepuk jidat. Kelakuan Yuri makin aneh, batinnya dalam hati.
            “Chagiya, I’m here! Aku di sini.” Minho mencoba menyadarkannya kembali *berarti dari tadi gak sadar?*
            “Ooh, kau Minho. Aku kira siapa.”
            “Kau kenapa, chagiya? Ada masalah? Cerita dong, siapa tau aku bisa bantu.” Minho mencoba membuat Yuri buka mulut. Namun, Yuri menolak untuk bercerita.
            “Ah, aniya. Cuma masalah kuliah.” Jawab Yuri berbohong. Mulut boleh berbohong, tapi mata tak bisa berbohong. Minho sudah mengenalnya bertahun-tahun, ia bisa melihat dari sudut matanya, bahwa yeojachingunya itu sebenarnya berbohong.
            “Ani, kau bohong. Jujurlah.” Kata Minho lembut sambil menggenggam tangan Yuri, membuatnya merasakan kedamaian dalam hatinya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang mulai turun. Air mata itu menetes, mengenai tepat di atas telapak tangan Minho.
            “Ya, kenapa kau menangis? Apa aku salah?” tanya Minho kebingungan. Sebenarnya ia tak peduli jika Yuri menangis di tempat ramai itu, namun ia hanya takut kalau-kalau ia yang menyebabkan Yuri menangis.
            “Minho~ah, aku mau tanya. Tolong kamu jawab jujur…” ucap Yuri di sela-sela tangisnya. Minho hanya mendengarnya dengan seksama.
            “Apa kau… mencintaiku? Apa kau menyayangiku?” Minho kaget dengan apa yang diucapkan Yuri barusan. Cinta? Sayang? Buat apa ia menanyakan hal yang sudah begitu jelas baginya? Minho berbicara dalam hatinya.
            “Kenapa kamu masih tanya? Udah jelas kan jawabannya? Aku mencintaimu. Saranghae Kwon Yuri. Aku menyayangimu, lebih dari aku menyayangi diriku sendiri. Apa kamu tak percaya denganku?”
            “Ani, aku percaya. Aku… juga… menyayangimu. Nado saranghae.” Tangis Yuri kini tak bisa dibendung lagi, air matanya tumpah. Tanpa menunggu, ia langsung memeluk Minho dan menangis di dada pundaknya. Ia tumpahkan semua kesedihannya di sana. Minho yang tak tau apa-apa, hanya bisa menenangkan Yuri. Ia mengelus-elus kepala Yuri dengan lembut, mencurahkan semua cinta yang ada untuknya.  Untuk kali ini, mereka, Minho maupun Yuri, ingin waktu berhenti di sini. Sekarang juga. Biarkan mereka merasakan kehangatan dalam pelukan masing-masing, biarkan mereka merasakan kedamaian hati yang mendalam.
            Waktu, jika aku bisa meminta, aku minta berhenti sekarang juga. Tolong, aku ingin tetap merasakan kehangatan ini. Aku tak mau lagi dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit. Saat-saat yang menyakitkan dalam hidupku, yaitu memilih salah satu dari dua orang yang aku cintai. Saat-saat yang menyengsarakan hidupku, yaitu ketika aku harus kehilangan satu diantara mereka, bahkan mungkin dua sekaligus! Aku tau ini semua salahku, namun, bisakah kau beri aku ketenangan batin untuk saat ini? Teriak Yuri dalam hati.
~*~*~*~
            Kwon Yuri! Tega-teganya kau berbuat seperti itu di belakangku! Ternyata aku salah menilaimu.

TBC

RCL please... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar