Title : Love Like This [Part 1]
Author : Kang Hye Ra
Length : Chapter / Part
Rating : T [PG-13]
Cast :
>Im
Yoona
>Kim
Hyun Joong
>Sunny Lee
>Lee Sungmin
>Kwon Yuri
Other Cast : >Jessica
Jung
>Kim
Taeyeon
And other
Genre : Family, romance, friendship
Annyeong
annyeong *lambai2 bareng siwon* author Kang Hye Ra balik dengan lanjutan FF. FF ini agak terinspirasi
dari komik manga yg judulnya I Love You, tp tetep semua alur murni
karangan author.
Disclaimer:
Hak Cipta milik author
dan dilindungi Undang-Undang *plak!! apa’an sih??* Dilarang plagiat dan
copas sembarangan! Gak suka? gak usah baca. Habis baca jangan lupa RCL
yaa... Jangan jd silent reader. Ya udah, langung aja selamat membaca~~~
“Pulang
sekolah aku jelasin. Tapi kalian janji, jangan beritau ini pada siapa2. Cuma
kalian temenku yang tau hal ini.”
“Ne.
Kami janji.”
~*~*~*~
Yoona
menarik tangan Sunny dan Sungmin menuju luar sekolah. Ia akan menepati janjinya
tadi, ia akan menceritakan tentangnya semua, tetapi tidak di tempat itu. Ia
mengajak mereka berdua ke sebuah tempat favoritnya agar bisa leluasa mengobrol.
Beberapa
menit berlalu, hingga mereka telah berada di depan café tempat anak muda
nongkrong. Yoona mengamati sekeliling sejenak, kamudian ia mengajak kedua
sahabatnya masuk dan segera mengambil tempat duduk. Saat ia duduk dan setelah
memesan sesuatu, tiba2 bola matanya menangkap sepasang kekasih sedang
berpegangan tangan. Awalnya ia hanya terpesona terhadap sang namja itu, namun
setelah ia perhatikan yeojanya, ia begitu kaget.
“Omo!”
pekik Yoona saat melihat yeoja itu yang sedang berpegangan tangan dengan
seorang namja manis.
“Waeyo?”
Sunny dan Sungmin bertanya secara bersamaan.
“Itu…”
ia menunjuk ke arah namja dan yeoja itu tadi. Dua sahabatnya menoleh, namun
masih belum mengerti maksud Yoona. Maklum, ia belum cerita apa2.
Yoona
memandang satu per satu sahabatnya, mengapa
mereka semua diem aja? pikirnya. Namun beberapa saat kemudian ia ingat,
mereka tidak tau yang sebenarnya. Dasar
babo! Batinnya lagi. Tanpa basa-basi, ia langsung menceritakan semua yang
terjadi dalam keluarganya.
“Nah,
sekarang liat dua makhluk yang aku tunjuk itu, yang yeoja adalah tunangan dari
Hyun oppa.” Bisik Yoona pelan2, takut dua manusia itu dengar.
“Mwo??
Trus, sapa itu namja? Wah jangan2 selingkuh lagi.” kata Sunny asal.
“Iya,
abis mereka mesra gitu, pake pegangan tangan lagi.” Sungmin ikutan ngegosip.
“Aha!
Foto mereka, foto cepat!” kata Sunny sambil menyenggol-nyenggol Yoona, berharap
ia akan menuruti perkataannya.
“Ha,
buat apa?” tanya Yoona heran.
“Ya
buat bukti.” Jawab Sunny antusias.
“Bener
kata Sunny. Udah cepetan foto mereka!”
“Iya
iya deh.” Kemudian Yoona mengambil handphone berkameranya.
Jepret!!
Dapet deh.
“Udah
yuk, kita pulang. takut ketahuan.” Ajak Yoona sambil menarik lengan keduanya. Yang lain pun mengangguk setuju dan mengikuti Yoona keluar dari café
itu.
~*~*~*~
“Aku
pulaaang…!” teriak Yoona saat sudah sampai rumah. Ia melepas sepatu, dan
bergegas naik ke atas menuju kamarnya. Tetapi seseorang menyahut, membuat
langkahnya terhenti.
“Dari
mana aja kau jam segini baru pulang?” tanya Hyun Joong yang sedang membaca
majalah di ruang tamu. Yoona pun tak jadi naik ke atas, ia justru mendekati
Hyun Joong dan duduk di sebelahnya.
“Oppa.”
Panggil Yoona, berharap ia mau meletakkan majalahnya sebentar.
“Hem.”
Jawab Hyun singkat, sambil terus membaca.
“Oppa!
Aku mau ngomong!” kata Yoona lebih tegas dengan setengah membentak. Spontan,
Hyun Joong langsung meletakkan majalahnya dan beralih ke Yoona.
“Apa?”
kata Hyun sambil menatap mata Yoona. Tiba2 aja jantung Yoona berdegup kencang,
ia nervous.
“Ehm…
itu… tadi…” perkataannya terputus-putus, mungkin karena dia grogi sekaligus
takut untuk mengatakan ini.
“Apa?
Yang jelas dong ngomongnya.”
“Tadi…
aku liat Yuri unnie sedang bersama namja lain. Mereka berpegangan tangan.”
“Mwo???
Kau bohong!” bentak Hyun Joong tak percaya.
“Aniyo!
Aku serius! Aku punya buktinya.”
“Enggak,
oppa gak percaya! Dia itu cinta sama oppa, gak mungkin dia khianatin oppa!” kata
Hyun Joong bersikeras.
“Tapi
kenyataannya enggak, oppa!”
“Oppa
cinta dia, oppa percaya sama dia. Dia gak mungkin ngelakuin itu.”
“Tapi
aku punya buktinya! Nih.” Kata Yoona sambil menyerahkan sebuah foto Yuri dengan
namja lain.
“Kamu
pasti salah orang. Tuh, yang yeoja aja gak jelas wajahnya.”
“Oppa, mana mungkin aku salah orang! Aku sudah perhatikan baik2!”
“Aku tau kamu gak suka
sama Yuri, tapi tolong jangan bikin hubungan oppa sama Yuri jadi rusak!”
“Aku ngelakuin ini juga
karena oppa! Aku gak mau oppa dikhianatin sama Yuri unnie.” Kesabaranku pun
mulai habis, gimana caranya membuat seorang namja di depanku ini percaya
padaku?
“STOP! Oppa gak mau denger
apa2 lagi!” kata Hyun Joong seraya pergi meninggalkan Yoona sendirian. Tak
terasa, air matanya mulai menetes. Ia menangis. Kali ini, siapa yang bisa membantuku? Rintih Yoona dalam hati. Tapi
ia mencoba tetap sabar dan tegar, suatu hari nanti kebohongan pasti akan
terungkap. Ia kemudian menghapus air matanya, mencoba menenangkan diri.
~*~*~*~
_Sunny POV_
Aku memasuki kelasku
yang masih sepi. Yah,
selalu saja begini tiap hari. Aku memang terlalu rajin, soalnya aku udah trauma
dateng telat. Dulu aja sempet dimarahi habis-habisan gara-gara ortuku dipanggil
ke sekolah karena aku keseringan telat. Tapi untuk kali ini tidak. Andwae!
Aku
melangkah menuju tempat dudukku. Seorang namja sudah ada yang datang terlebih
dahulu dan duduk di tempatnya. Hmm… pasti dia. Memang benar-benar namja pujaan
hati. Aku tersenyum melihat namja itu dari belakang, senyuman khas ku yang
hanya kuberikan untuk namja yang berhasil membuatku tergila-gila padanya. Dan
namja itu dia. Hanya dia. Andai dia tahu aku menyimpan perasaan ini padanya.
Ah, aku sendiri juga bingung kenapa aku bisa menyukai namja itu. Padahal
awalnya juga biasa-biasa aja.
Aku
meletakkan tasku di meja tempatku duduk. Di belakangku, kulihat Sungmin sedang
menulis sesuatu. Apa itu? Dia terlihat sangat serius. Kulihat buku yang ia
tulis, sesaat kemudian aku teringat sesuatu.
“Aigoo!”
aku menepuk jidatku. Sungmin yang serius menulis langsung terperanjat mendengar
suaraku yang begitu nyaring di telinganya.
“Sunny~ah!
Kau mengagetkanku. Kau kenapa sih?” tanya Sungmin mengangkat kepalanya sejenak
untuk melihatku.
“Sungmin~ah,
hari ini ada pr bahasa Inggris ya?” tanyaku serius pada Sungmin. Aku baru ingat
sekarang setelah melihat buku pekerjaannya Sungmin. Aissh~ kenapa aku babo
banget sih bisa lupa?
“Ne. Wae?” tanya Sungmin mulai curiga. Ah, terpaksa deh aku harus
copy-paste pekerjaan orang lain.
“Aku… lupa. Hehe.. ”
kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku yag tidak gatal. Sungmin tersenyum
simpul mendengar perkataanku. Senyuman meledek.
“Dasar babo! Kenapa kau
bisa lupa? Kau
tahu kan itu jam pertama dan gurunya killer?” kata Sungmin sedikit
menggertakku. Aku cemberut dibuatnya.
“Ne, arasseo! Makanya,
aku liat punyamu ya? Jebal.”
Kataku memohon sambil menunjukkan ekspresi aegyo ku. Dengan ini dia pasti
luluh.
“Hhh…
yaudah deh. Nih. Tapi berhentilah ber-aegyo di depanku.” Katanya seraya
memberikan bukunya padaku. Aku hanya tersenyum padanya.
“Ne,
gomawo.”
“Cheonmaneyo.”
Jawabnya sambil balas tersenyum padaku. Ahh~ kau senyumanmu itu lho,
bener-bener menghipnotisku. Aku benar-benar tidak bisa menahan perasaan ini
padamu. Sekalipun aku mencoba untuk bersikap biasa, namun selalu saja perasaan
ini tidak bisa dibohongi. Aku gak bisa begini terus, aku gak bisa kalau hanya
melihatnya seperti ini tanpa dia tau perasaanku sebenarnya.
“Sa…”
tiba-tiba bibirku mulai mengeluarkan suara yang begitu pelan, perkataan yang
tak bisa kucegah. Namun, seorang yeoja membuatku berhenti mengatakannya.
“Huh!
Sebel!” raung Yoona sesampainya di kelas. Ia menghempaskan tubuhnya pada kursi
di sebelah Sunny.
“Ada
apa, Yoona~ah?” tanyaku dan Sungmin secara bersamaan. Muka Yoona begitu suntuk,
dan aku bisa sedikit menebak apa penyebabnya.
“Soal
yang kemaren…” tuhkan bener. Apalagi yang bisa membuat Yoona seperti ini kalau
bukan karena Hyun Joong oppa.
“Wae?”
tanyaku antusias.
“Apa
dia percaya dengan omonganmu?” Sungmin ikut-ikutan penasaran. Yoona pun membalikkan
tubuhnya ke samping, agar bisa dengan mudah ngobrol denganku dan Sungmin.
“Dia…
dia sama sekali nggak percaya sama aku! Malah dia menuduh aku yang
enggak-enggak! Huh. Sapa coba yang gak sebel digituin!” kata Yoona sambil
memanas-manas. Spontan aku langsung menghentikan kegiatanku menyalin pr.
“Sialan!
Bukannya terima kasih, malah nuduh!” omel Sungmin.
“Tenang aja honey, aku bisa atur semua.” Kataku yang tiba-tiba mendapatkan ide.
“Eotteokhae?”
tanya mereka berdua padaku. Aku hanya mengerling ke arah mereka.
~*~*~*~
_Yuri
POV_
Aku
menatap foto yang kini kupegang di tanganku. Dia, namja pujaan hatiku. Tidak
salah memang aku memilihnya. Aku tersenyum bahagia. Tapi, lantas, bagaimana
nasib tunanganku yang satu itu? Aku mengeluarkan satu foto lagi, yang tak lain
adalah foto Hyun Joong. Ah, dia juga namja yang aku cintai. Bagaimana ini? Dua
namja sekarang ada di hatiku, aku tak bisa melepaskan salah satu diantara
mereka.
“Ah,
kalian tampan sekali. Kalian begitu sempurna, jadi jangan salahkan aku jika aku
masih belum bisa melepaskan kalian.” Aku berbicara sendiri pada kedua foto
namja yang aku pegang, sesaat kemudian aku tersenyum. Senyum bahagia, namun
juga bisa dibilang senyum palsu. Karena hatiku saat ini benar-benar dihadapkan
dengan situasi sulit dan serba salah. Apakah aku salah melakukan ini? Ya, aku
mengakuinya. Memainkan dua namja sekaligus, itu benar-benar licik. Ah, lantas
apa yang harus aku lakukan? Biarlah untuk saat ini aku menjalani kehidupan yang
sekarang ini tanpa harus memikirkan bagaimana selanjutnya, biar takdir yang
membawaku.
“Ya!
Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya dua orang yeoja yang begitu mengagetkanku.
Aku mengalihkan pandanganku sebentar pada mereka.
“Duduk.”
Kataku mempersilahkan mereka duduk di kursi kosong depanku. Setelah itu, aku
masih tetap asik dengan foto yang aku pegang tadi. Kedua namja pujaanku.
“Kamu
memikirkan itu lagi?” tanya Taeyeon padaku, dia seakan bisa membaca pikiranku.
Aku hanya mendengus pelan untuk memberikan jawaban ya.
“Huh,
aku tak tahu jalan pikiranmu. Lepaskan salah satu diantara mereka, sebelum
akhirnya kau menyesal.” Kata Jessica, sahabatku yang satu lagi, mulai nyeletuk
memberiku nasehat. Ya, memang itu yang harus aku lakukan. Tapi aku masih belum
siap.
“Ya!
Kenapa diam?” tanya Jessica lagi yang melihatku sedari tadi hanya memandangi foto
di tanganku. Aku menoleh ke arahnya.
“Aku
gak tahu harus gimana. Aku belum siap kehilangan salah satu diantara mereka.”
Ucapku begitu pelan tanpa ada ekspresi apapun. Aku masih ingin menikmati
masa-masa bersama mereka, walaupun pada akhirnya aku harus menentukan.
“Aku
sudah berpacaran dengan Minho selama 2 tahun, sedangkan sudah bertunangan baru
1 tahun. Namun aku begitu mencintai Hyun Joong, begitu juga dengan Minho. Jika
aku memutuskan pertunanganku dengan Hyun Joong, itu akan berdampak buruk bagi perusahaan
appa. Namun jika sebaliknya, aku memutuskan hubunganku dengan Minho, aku justru
akan lebih merasakan sakit hati yang mendalam, karena untuk mempertahankan
hubunganku selama 2 tahun itu tidak mudah. Apalagi kalian tau kan, perjuanganku
untuk mendapatkan Minho dulu? Berbagai cara aku lakukan agar dia bisa dekat
denganku dan agar dia menyukaiku. Bertahun-tahun aku melakukannya, sampai
akhirnya aku berhasil. Tanpa aku suruh, dia sudah menyatakan perasaannya
terlebih dahulu. Itu benar-benar hal yang paling menyenangkan bagiku. Terus,
apa aku harus melepaskannya begitu saja? Ha?” jelasku panjang lebar, cukup
membuat mereka duduk terpatung. Aku satu sekolah dengan Minho serta kedua
sahabatku itu sejak SMA. Mereka tentu sangat mengerti perasaanku saat ini,
karena mereka yang selalu menemaniku disaat susahnya mendapatkan Minho. Mereka
juga yang selalu mengerti aku, disaat bagaimana perjuanganku untuk mencintai
Hyun Joong seperti aku mencintai Minho.
“Terus,
kenapa dulu kamu mau dijodohkan dengan Hyun oppa? Bukannya kamu sudah punya
Minho?” tanya Jessica bingung.
“Aku
yakin kau sudah mengetahui jawabannya. Beribu kali aku mengatakannya padamu.”
Jawabku enteng, Jessica hanya manggut-manggut mengerti.
“Kamu
tidak boleh menolak perjodohan itu kan? Kamu disuruh memutuskan hubunganmu
dengan Minho, tapi kamu tidak melakukannya karena tidak tega. Iya kan? Karena
waktu itu dia sedang sakit parah, kamu khawatir akan berpengaruh pada
keadaannya. Namun, sampai dia sembuh, bahkan sampai sekarang pun kamu masih
belum melakukannya…” kata Taeyeon memperjelas alasanku. Aku hanya mengangguk
setuju.
“Karena
kamu begitu mencintainya.” Kata Jessica melanjutkan omongan Taeyeon. Aku
tersenyum menatap mereka.
“Itu
berarti kalian mengerti perasaanku kan? Tolong jangan paksa aku lagi. Jebal.”
Kataku memohon pada mereka. Aku pun memasukkan kedua foto namja tadi ke dalam
tasku, dan mengambil ponselku. Aku menelpon seseorang dan akan menemuinya,
karena aku butuh hiburan sekarang. Aku lagi suntuk.
“Yoboseyo.”
Jawab seorang namja di seberang sana.
“Yoboseyo.
Chagiya, aku ingin ketemu kamu hari ini. Bisa kan?” tanyaku to the point.
“Bisa
kok chagi. Sekarang?” tanya Minho lagi.
“Iya.
Aku tunggu di Teens Cafe ya.”
“Oke.
Yoboseyo.” Katanya mengakhiri pembicaraan.
“Yoboseyo.”
Aku menutup ponselku dan mengembalikannya ke dalam tas.
~*~*~*~
_Author
POV_
“Aiissh,
sial sial sial! Dasar kurang ajar!” umpat Sungmin yang kini sedang duduk
bersama Yoona dan Sunny di kantin kampus Shinhwa University. Mereka berada lumayan
jauh di belakang Yuri, Taeyeon dan Jessica yang sedang mengobrol. Namun,
obrolan mereka dapat dengan jelas mereka dengar, karena di kantin itu kebetulan
hanya ada mereka berenam. Dengan tetap duduk membelakangi Yuri dan kawan-kawan,
Yoona menghela nafas panjang dan mulai angkat bicara.
“Hhh…
Kasihan sekali kau Hyun Joong oppa, dikhianati yeoja yang kau cintai. Andai
oppa tau…” Yoona tertunduk, pikirannya sedang kacau.
“Udah
ya, yoongie~ah. Gak usah terlalu dipikirin. Kita akan selalu membantumu!
Janji!” kata Sunny dengan suara lantangnya, namun buru-buru Sungmin membungkam
mulutnya.
“Ya!
Sunny~ah! Ngomongnya pelan-pelan dong!” kata Sungmin sesaat setelah melepaskan
tangannya dari mulut Sunny.
“Mianhae.”
Kata Sunny dengan nada aegyo-nya.
“Aku
akan sms oppa, aku ingin dia datang di Teens Café sekarang juga, biar dia bisa
lihat sendiri apa yang sebenarnya yeojachingu-nya lakukan di belakangnya.”
Tegas Yoona yang sudah menyiapkan ponsel di tangannya yang ia gunakan untuk
menghubungi Hyun Joong. Tak lama, message
sent!
~*~*~*~
Minho
duduk di samping Yuri yang sedari tadi hanya melamun. Minuman di depannya pun
belum ia sentuh sama sekali, ia hanya memainkan sedotan yang ada di gelasnya.
Minho menatap Yuri heran sekaligus bingung dan penuh tanya. Ada apa sebenarnya
dengan Yuri? Semenjak bertemu dengan Minho, ia hanya sekali menyapa, setelah
itu ia tak berbicara sepatah kata pun. Minho ingin sekali bertanya pada Yuri,
namun yang ditanya masih tetap membisu. Mulutnya terkatup rapat. Pikirannya
kalut. Ia memang ingin bertemu Minho, namun bukan untuk curhat, melainkan hanya
untuk menemaninya saja dan ia mencoba menghibur dirinya sendiri, mungkin dengan
kehadiran Minho itu dapat membuatnya sedikit lebih tenang. Namun ternyata
tidak. Ia sama sekali tak merasa tenang, justru semakin ia bertemu Minho,
semakin ia takut kehilangan Minho. Aaahh!
Teriak Yuri dalam hati.
“Chagi~ah.
Waeyo?” Untuk yang kesekian kalinya Minho bertanya, dan reaksinya tetap. Yuri tetap melamun.
“Ya!
Kwon Yuri! Kau kenapa?” kali ini ia sedikit berteriak, agar Yuri sadar dan
dapat mendengarnya bertanya. Dan benar saja, Yuri terperajat mendengar namanya
disebut begitu keras.
“Ya,
siapa yg memanggil namaku?” Yuri tolah-toleh layaknya orang linglung, mencari
sumber suara. Minho menepuk jidat. Kelakuan Yuri makin aneh, batinnya dalam
hati.
“Chagiya,
I’m here! Aku di sini.” Minho mencoba menyadarkannya kembali *berarti dari tadi
gak sadar?*
“Ooh, kau Minho. Aku kira siapa.”
“Kau kenapa, chagiya?
Ada masalah? Cerita dong, siapa tau aku bisa bantu.” Minho mencoba membuat Yuri
buka mulut. Namun, Yuri menolak untuk bercerita.
“Ah, aniya. Cuma
masalah kuliah.” Jawab Yuri berbohong. Mulut boleh berbohong, tapi mata tak
bisa berbohong. Minho sudah mengenalnya bertahun-tahun, ia bisa melihat dari
sudut matanya, bahwa yeojachingunya itu sebenarnya berbohong.
“Ani, kau bohong.
Jujurlah.” Kata Minho lembut sambil menggenggam tangan Yuri, membuatnya
merasakan kedamaian dalam hatinya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang mulai
turun. Air mata itu menetes, mengenai tepat di atas telapak tangan Minho.
“Ya, kenapa kau
menangis? Apa aku salah?” tanya Minho kebingungan. Sebenarnya ia tak peduli
jika Yuri menangis di tempat ramai itu, namun ia hanya takut kalau-kalau ia
yang menyebabkan Yuri menangis.
“Minho~ah, aku mau tanya.
Tolong kamu jawab jujur…” ucap Yuri di sela-sela tangisnya. Minho hanya
mendengarnya dengan seksama.
“Apa kau… mencintaiku?
Apa kau menyayangiku?” Minho
kaget dengan apa yang diucapkan Yuri barusan. Cinta? Sayang? Buat apa ia
menanyakan hal yang sudah begitu jelas baginya? Minho berbicara dalam hatinya.
“Kenapa
kamu masih tanya? Udah jelas kan jawabannya? Aku mencintaimu.
Saranghae Kwon Yuri. Aku menyayangimu, lebih dari aku menyayangi diriku
sendiri. Apa kamu tak percaya denganku?”
“Ani, aku percaya. Aku…
juga… menyayangimu. Nado saranghae.” Tangis Yuri kini tak bisa dibendung lagi,
air matanya tumpah. Tanpa
menunggu, ia langsung memeluk Minho dan menangis di dada pundaknya. Ia
tumpahkan semua kesedihannya di sana. Minho yang tak tau apa-apa, hanya bisa
menenangkan Yuri. Ia mengelus-elus kepala Yuri dengan lembut, mencurahkan semua
cinta yang ada untuknya. Untuk kali ini, mereka, Minho maupun Yuri, ingin waktu berhenti di sini.
Sekarang juga.
Biarkan mereka merasakan kehangatan dalam pelukan masing-masing, biarkan mereka
merasakan kedamaian hati yang mendalam.
Waktu, jika aku bisa meminta, aku minta berhenti
sekarang juga. Tolong, aku ingin tetap merasakan kehangatan ini. Aku tak mau
lagi dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit. Saat-saat yang menyakitkan dalam
hidupku, yaitu memilih salah satu dari dua orang yang aku cintai. Saat-saat yang
menyengsarakan hidupku, yaitu ketika aku harus kehilangan satu diantara mereka,
bahkan mungkin dua sekaligus! Aku tau ini semua salahku, namun, bisakah kau
beri aku ketenangan batin untuk saat ini? Teriak Yuri
dalam hati.
~*~*~*~
Kwon Yuri! Tega-teganya kau berbuat seperti itu di belakangku! Ternyata
aku salah menilaimu.
TBC
RCL please...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar